Hari Valentine, Pedagang Bunga di Semarang Mengeluh Sepi Pembeli

Attention - Momen valentine menjadi suatu momen spesial bagi beberapa pasangan. Mereka akan mempersiapkan hadiah untuk pasangan, biasanya berupa bunga atau coklat. Momen valentine juga dimanfaatkan sejumlah pedagang untuk meraup untung, salah satunya adalah pedangang bunga.  

Saat menyambangi penjual bunga di Jalan Kalisari Kota Semarang, Jumat (13/2/2020), aktivitas jual beli masih terlihat sepi. Jarang sekali orang yang berkeliling memilah mana bunga yang cocok untuk dibeli. Beberapa pedagang pun nampak sedang merangkai buket, merapikan bunga, bahkan ada yang melamun sembari menunggu pembeli datang. 

Pemilik salah satu toko bunga, Mayang, mengeluhkan pendapatan yang menurun dari tahun kemarin.  

“Kalau momen seperti ini biasanya setengah bulan sebelumnya sudah ada yang pesan, tapi ini kok belum. Dulu penghasilan saat valentine bisa sampai Rp500.000. Rasanya valentine ini belum ada gregetnya, ” ujar Mayang sembari mengecek daun-daun bunga yang mulai menguning. 

Ia juga menambahkan, momen seperti ini memang ada kenaikan harga. Seperti bunga mawar yang awalnya  kisaran Rp5.000 bisa menjadi Rp7.500 - Rp10.000. Mayang mengaku, penghasilannya malah banyak didapat dari orderan saat hari ibu dan momen wisuda. 

Hal serupa juga dialami pedagang bunga lainnya. Pemilik ‘Nabila Florist’, Ipah mengaku, pendapatan saat hari valentine dengan hari biasa sama saja. Namun dibanding tahun lalu, valentine tahun ini menurun. 

“Yah mungkin ajaran islam mempengaruhi. Hanya orang-orang agama tertentu yang merayakan valentine, nggak semuanya merayakan valentine,” ujar Ipah yang sudah berjualan sejak  5 tahun yang lalu. 

Deretan pejual bunga di Kota Semarang bisa dijumpai di sepanjang Jalan Kalisari, atau berada persis di depan kampung wisata pelangi. Sejak diresmikan 2017 lalu, keberadaan kampung pelangi sebagai tempat wisata ternyata belum mampu mendongkrak penjualan bunga di Pasar Kembang Kalisari. 

“Mereka (Wisatawan) di sini hanya berfoto, cari jajan, kemudian pulang tidak beli bunga,” jelas Mayang. 

Cokelat Valentine Lain halnya dengan penjual coklat yang malah mengalami peningkatan omzet saat hari valentine ini. Mahasiswa Ilmu Komputer dari Unnes, Nurinda Delviana mengaku, berjualan coklat saat valentine ini sangat berpengaruh bagi dirinya. 

Perempuan yang akrab disapa Ririn ini sudah memeulai usaha cokelat custom sejak bulan Januari lalu. Bermula dari kepepet karena tugas kewirausahaannya, akhirnya memutuskan untuk berjualan cokelat gratis amplop beserta kartu ucapan. Cokelat custom tersebut dibrandrol dengan harga mulai dari Rp 2.000 untuk satuan, hingga Rp13.000 untuk box. 

“Untuk usaha yang baru mulai ini sangat berpengaruh bagi saya. Di momen valentine ini mungkin coklat lebih bermanfaat untuk dimakan dan mahasiswa banyak yang berminat,” ujarnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Layanan Perbankan, Nasabah BNI tak Perlu Keluar Rumah